SejarahHistory


SEJARAH SINGKAT YAPTINU-UNISNU JEPARA

Pada awal 1988, dua belas aktivis pendidikan NU Kabupaten Jepara yang dimotori KH. Mahfudz Asymawi-Ketua Cabang Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Jepara dan H. Ali Irfan Mukhtar, B.A.-Sekretaris, menggagas berdirinya perguruan tinggi di Jepara. Untuk itu silaturahim dan musyawarah dilakukan berkali-kali. Juga dilakukan konsultasi dan audiensi dengan sesepuh dan pejabat: KH. MA. Sahal Mahfudz, KH. Mc. Amin Sholeh, Bupati Jepara Hishom Prasetyo, SH., dan Rektor IAIN Walisongo Semarang Prof. Drs. Ahmad Loedjito. Pada awalnya yang digagas oleh para tokoh pendidikan tersebut adalah pendirian Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) dengan maksud pemberdayaan pendidikan umum yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Jepara. Akan tetapi karena kebijakan pemerintah belum memungkinkan, maka gagasan dialihkan kepada pendirian sebuah institut Islam (Institut Agama Islam). Untuk merealisasikan gagasan tersebut maka dibentuk panitia pendiri oleh Pimpinan Cabang LP. Ma’arif Jepara. Sebagai ketua panitia pendirian Institut Islam tersebut adalah Drs. Sa’dullah Assaidi yang pada waktu itu sebagai Kabag. Pendidikan Tinggi LP. Ma’arif Jepara. Panitia tersebut beranggotakan tokoh-tokoh pendidikan di Jepara. Berkaitan dengan nama institut yang akan didirikan terdapat banyak saran yang masuk ke panitia pendiri, diantara nama yang diajukan adalah: Ma’arif, Sultan Hadirin, dan NU. Walaupun banyak yang berpendapat bahwa nama NU pada waktu itu belum mencitrakan sosok dan tampilan yang menarik simpati umum, namun para sesepuh bersepakat menamakannya dengan Institut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT pada tahun 1990 H. M. Dimyati mewakafkan tanahnya seluas 3.000m2 untuk Yayasan INISNU. Kemudian Yayasan INISNU juga memperoleh fasilitas tukar guling tanah bengkok perangkat Desa Tahunan seluas 7.500m2 dan wakaf dari H. Muhammad SJ untuk masjid kampus. Selanjutnya, untuk masuk dari jalan raya dan perluasan, dilakukan pembelian seluas 5.700m2, sehingga jumlah keseluruhan tanah yang dimiliki Yayasan INISNU lebih dari 2 Ha. Pada 1991 dimulai pembangunan kampus INISNU di Tahunan, Jepara. Peletak batu pertama adalah Hadlratus Syeh KH. Abdullah Salam (Kajen) dan disaksikan: Rektor (KHMA Sahal Mahfudz), Bupati Jepara Hishom Prasetyo dan Muspida Kabupaten Jepara, serta para sesepuh. Dukungan dan partisipasi masyarakat sungguh luar biasa. Gedung yang direncanakan berlantai empat, dalam waktu 3 bulan telah terbangun 2 lantai berisi 9 lokal besar dengan segala perangkat penunjangnya. Di samping penggerak utama (KH. Mahfudz Asymawi) tokoh-tokoh yang patut dikenang adalah KH Ali Irfan Mukhtar, B.Sc., H. M. Dahlan Kosim, S.H., H. Muhammad SJ, H. Muhammady Kosim, H. Amin Muhtadi, H. M. Salim, H. M. Kosim, H. Chumaidi Noor, KH. Masyhudi Nadzif, H. Dimyati, H. Zubaidi, H. Muhtarom, dan lain-lain. Pada 1993 dilaksanakan peresmian gedung baru yang sekaligus merupakan pindahan kegiatan INISNU dari Purwogondo ke Tahunan yang ditandai dengan acara syukuran. Sementara itu pembangunan gedung tetap berlangsung. Keberadaan INISNU Jepara semakin tahun semakin berkembang dan maju cukup pesat, hingga pada 1996 berhasil menggelar Wisuda Sarjana yang pertama. Pengurus Yayasan INISNU belum puas dengan keberhasilan mendirikan dan perkembangan INISNU yang menggembirakan masyarakat. Selanjutnya pengurus Yayasan INISNU menggagas lagi pengembangan amal usaha dengan mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama (STIENU) Jepara. Sebagai penyesuaian dengan lahirnya STIENU, maka Yayasan INISNU pun diubah menjadi Yayasan Pendidikan Tinggi NU (YAPTINU) Jepara melalui Akte Notaris Benyamin Kusuma, S.H. No. 5, Tanggal 5 November 1996, dengan kepengurusan yang sama. Setidaknya ada dua tugas utama YAPTINU waktu itu; mengajukan proses perijinan pendirian dan membangun kampus baru untuk STIENU. Alhamdulillah keduanya berhasil. Ijin operasional STIENU turun dengan SK Mendikbud. RI No. 68/0/0/1997, Tanggal 8 Oktober 1997 untuk Program Studi Manajemen dan Program Studi Akuntansi. Sedangkan gedung yang direncanakan dibangun 3 lantai sudah terbangun 1 lantai (lantai dasar). Pada periode awal STIENU Jepara hadir dengan segala kesementaraannya. Drs. Ahmad, mantan Ketua PWNU Jateng, berkenan menjadi Ketua STIENU Jepara, dengan pendamping Dr. Purbayu Budi Santoso, M.S. dan Muh Imron, S.E. sebagai Pembantu Ketua. Sementara Sekretaris YAPTINU (H. Ali Irfan Mukhtar) ditugasi menjadi palang pintu dengan beberapa status: Kepala BUAK, Presenter, Bendahara, bahkan “Asisten Dosen”. Berkat dukungan dan bantuan para pihak STIENU Jepara tumbuh berkembang cepat besar dan mendewasa. Beberapa tokoh yang pernah menjadi Ketua STIENU Jepara: Drs. H. Achmad (1997-1999), Drs. H. Sudibyo Yuwono (1999-2001), Drs. H. Ahmad (2001-2005), dan H. Setiono, S.E., M.M. (2005 s/d  2013). Jepara adalah kabupaten industri mebel, ukir, tenun ikat, rotan, monel, kaligrafi dan sekaligus kota pariwisata. Jepara adalah kota sedang yang menginternasional: Bumi Kartini, Kota Ukir, Benteng Portugis dan Karimunjawa. Oleh karena itu masyarakat Kabupaten Jepara harus menguasai teknologi agar dapat menjual kreativitasnya, bukan hanya menerima contoh pesanan pembeli. Menyadari keadaan dan potensi tersebut, maka YAPTINU pun bergegas merespon potensi Jepara tersebut dalam konteks pengembangan pendidikan tinggi. Pada tahun 1998 YAPTINU menerima hibah Akademi Teknologi Industri Kayu (ATIKA) dari Yayasan Kota Ukir Jepara berikut segala perangkatnya selain gedung. Hibah tersebut dituangkan pada Akte Notaris Kristianti, S.H. No. 12, Tanggal 7 Juni 1998. Untuk itu YAPTINU harus membangun gedung baru berlantai dua dari perencanaan tiga lantai. Minimnya jumlah mahasiswa ATIKA mendorong YAPTINU untuk lebih giat promosi, sosialisasi, dan melakukan berbagai usaha pendekatan dengan pemerintah pusat. Alhamdulillah, pada kunjungannya ke Jepara (2003) Menteri Perdagangan dan Perindustrian RI, Rini Suwandi, menyiratkan keinginan agar ada lembaga pendidikan tinggi di Jawa Tengah yang menggeluti teknologi dan desain produk untuk memacu perkembangan industri dan kewirausahaan. Rupanya gayung pun bersambut. Bupati Jepara Drs. Hendro Martoyo, M.M. yang juga pembina YAPTINU bermaksud merealisasikannya di Jepara. Apalagi Ketua Umum YAPTINU saat itu dijabat H. Ali IrfanMukhtar yang juga menjadi Wakil Bupati. Proposal disusun, persyaratan dipenuhi dan “jemput bola” dilakukan. Upaya perubahan bentuk dari ATIKA menjadi Sekolah Tinggi Teknologi dan Desain Nahdlatul Ulama (STTDNU) Jepara berhasil dilakukan dengan ijin operasional SK Mendikbud RI No. 193/0/07/2004, Tanggal 30 Desember 2004. Ada dua program studi yang diijinkan, yaitu Desain Produk dan Teknik Industri, semuanya Strata Satu (S1). Bahkan disusul dengan bantuan dari Menteri Perindustrian RI, Fahmi Edris, berupa 24 mesin pemroses kayu sebagai sarana pelatihan, laboratorium dan praktikum. Pada tahun berikutnya (2005) memperoleh bantuan lagi satu unit mesin pengering kayu. STTDNU digadang mampu menjawab tantangan masa depan terutama di bidang teknologi dan desain di Jepara dan sekitarnya memang menjadi lahan basah. Prospek STTDNU  sangat bagus, output (alumni) nya berhasil pada dunia kerja dan banyak lomba desain yang dimenangkannya. Dari survey internal yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa 70% alumni STTDNU sukses dalam kehidupannya. Kendala utama pengembangan STTDNU adalah kurangnya pemahaman masyarakat akan posisi strategis STTDNU Jepara. Oleh karena itu, Ketua STTDNU, Ir. Musthofa Mukhtar, MT., dan para pamongnya dituntut kerja keras dan melakukan promosi dan sosialisasi untuk membesarkannya. Kehidupan itu bersifat dinamis. Tidak ada yang tetap Yang paling ajeg di dunia ini adalah perubahan, tentu saja selain aqidah. Peter Dracker bahkan mengatakan barang siapa menggunakan paradigma lama yang sudah usang, ia akan terlempar dari peredaran. “If you don’t change, you die”. Memiliki dan mengelola tiga lembaga pendidikan tinggi, yakni INISNU, STIENU dan STTDNU merupakan prestasi yang tidak mudah dicapai oleh sebuah yayasan. Namun demikian, pengurus YAPTINU Jepara terus beruasaha untuk mengembangkannya menjadi semakin besar dan berkontribusi maksimal untuk pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Langkah pertama yang ditempuh pada 2013 adalah menyatukan ketiga lembaga pendidikan tinggi tersebut menjadi satu, yakni berubah bentuk menjadi Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara, berdasarkan SK. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 149/E/O/2013, dan SK. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama No. 2744 Tahun 2013.

Admin Unisnu

Komentar